Pages

Senin, 06 Februari 2012

SILOGISME


         Silogisme merupakan proses penalaran tidak langsung yang terdiri dari tiga bagian, dua bagian pertama disebut premis dan bagian ketiga disebut konklusi.
         Silogisme merupakan  bentuk  penalaran deduktif yang tersusun dari dua proposisi (pernyataan), dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Silogisme Kategorik/ Silogisme Standar
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorik. Silogisme kategorik biasa disebut dengan silogisme standar
         Aturan dalam Silogisme/Hukum Silogisme
1.      Silogisme terdiri dari tiga proposisi
2.      Setiap proposisi dirumuskan dalam bentuk proposisi A, E, I, O
A   = Proposisi Affrimatif Umum       (Semua S adalah P)
E    = Proposisi Negatif Umum          (Semua S bukan P/ Bukan S adalah P)
I     = Proposisi Affrimatif Khusus      (Sebagian S adalah P)
O   = Proposisi Negatif Khusus         (Sebagian S bukan P)
3.      Setiap silogisme hanya memuat tiga term (S, P, M)
S = Term Subjek
P = Term Predikat
M= Middle Term (Term Tengah)
4.      Sekurang-kurangnya term tengah harus ditristibusi
5.      Term yang di dalam kesimpulannya didistribusi maka harus didistribusi juga dalam premisnya
6.      Sekurang-kurangnya satu premis harus positif
7.      Jika salah satu premis negatif maka kesimpulannya harus negatif
8.      Jika kedua premis positif maka kesimpulan juga harus positif
9.      Sekurang-kurangnya satu premis harus universal
10.  Jika salah satu premisnya khusus, maka kesimpulannya juga khusus
11.  Jika premis mayornya khusus, maka premis minornya harus positif
         Bentuk Silogisme berdasarkan kedudukan term tengah (M) ada 4 yaitu:
Bentuk I : Semua bentuk silogisme yang term tengahnya  (M) dalam premis mayor berkedudukan sebagai subyek dan dalam premis minor sebagai predikat
        Pola dan contoh
         Premis Mayor : M-P : Semua manusia akan mati
         Premis Minor : S-M : Mahasiswa adalah manusia
         Kesimpulan   : S-P : Mahasiswa akan mati
Bentuk II: suatu bentuk silogisme yang term tengahnya  (M) menjadi predikat pada kedua premis
        Pola dan Contoh
         P.My : P-M : Semua mahasiswa PGSD memiliki NIM
         P.Mn : S-M : Hasan memiliki NIM
         Ks : S-P : Hasan mahasiswa PGSD
Bentuk III: bentuk silogisme yang term tengahnya  (M) menjadi subyek pada kedua premis
        Pola dan contoh
         P.My: M-P : Semua anggota DPR pandai bicara
         P.Mn: M-S : Sebagian anggota DPR adalah sarjana
         Ks: S-P : Sebagian sarjana padai bicara
Bentuk IV: bentuk silogisme yang term tengahnya  (M) menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subyek pada premis minor
        Pola dan contoh
         P.My: P-M : Semua dosen adalah manusia
         P.Mn: M-S : Semua manusia akan mati
         Ks: S-P : Sebagian yang akan mati adalah dosen
Dari keempat bentuk silogisme diatas dapat kita lihat bahwa term tengah (M) hanya terdapat pada premis saja dan kesimpulan selalu terdiri dari subjek dan predikat
         Modus Silogisme
Modus Silogisme adalah kedudukan proposisi sebagai premis baik premis mayor maupun premis minor dalam suatu silogisme. Ada 16 proposisi yaitu
        Mayor: A A A A E E E E I I I I O O O O
        Minor : A E I O A E I O A E I O A E I O
(AA, AE, AI, AO, EA, EE, EI, EO, IA, IE, II, IO, OA, OE, OI, OO)
      Meski demikian tidak semua dari keenam belas proposisi tersebut dapat menghasilkan kombinasi yang valid. Berdasarkan Aturan/Hukum 6  (sekurang-kurangnya satu premis harus positif) maka kombinasi EE, EO, OE, dan OO tidak dapat menghasilkan silogisme yang  valid.
      Berdasarkan Aturan/Hukum 9 (sekurang-kurangnya satu premis harus universal) maka kombinasi II, OI, dan IO juga tidak dapat menghasilkan kombinasi yang valid. Berdasarkan Aturan/Hukum 11 (jika premis mayornya khusus, maka premis minornya harus positif) maka kombinasi IE juga tidak dapat menghasilkan silogisme yang valid.
      Dengan demikian kombinasi proposisi tersebut yang menghasilkan silogisme yang valid ada 8 yaitu AA, AO, AE, AI, EA, EI, IA, OA.
         Bentuk Silogisme yang Valid (Sahih)
Bentuk I memiliki aturan bahwa premis minor harus positif dan premis mayor harus universal. Jadi susunan silogisme yang valid adalah AAA, AII, EAE, EIO
Bentuk II memiliki aturan bahwa salah satu premis harus negatif dan premis mayor harus      universal. Jadi  susunan silogisme yang valid adalah AEE, EAE, EIO, AOO
Bentuk III memiliki aturan premis minor harus positif dan kesimpulan adalah khusus. Jadi  susunan silogisme yang valid adalah AAI, AII, IAI, EAO, EIO, OAO
Bentuk IV memiliki aturan premis mayor harus universal jika salah satu premis negatif, premis minor harus universal jika premis mayor positif, dan kesimpulan harus khusus jika premis mayor positif. Jadi susunan silogisme yang valid adalah AAI, AEE, EAO, EIO, IAI
Agar lebih mudah keterangan diatas akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Bentuk
I
II
III
IV
Premis Mayor
M-P
P-M
M-P
P-M
Premis Minor
S-M
S-M
M-S
M-S
Kesimpulan
S-P
S-P
S-P
S-P
Bentuk Silogisme yang Valid
AAA, AII, EAE, EIO
AEE, EAE, EIO,AOO
AAI, AII, IAI, EAO, EIO, OAO
AAI, AEE, EAO, EIO,IAI
      Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa (1) ada bentuk silogisme yang valid yang hanya muncul satu kali dalam satu bentuk, sehingga menjadi ciri khas bentuk yang bersangkutan, misal AAA hanya muncul dalam bentuk I, AOO hanya terdapat pada bentuk II, OAO hanya ada dalam bentuk III; (2) Ada bentuk silogisme yang valid yang muncul dalam semua bentuk yaitu EIO; (3) Bentuk I dianggap sebagai bentuk silogisme yang sempurna dan lengkap untuk mengemukakan argumen karena kesimpulan yang dihasilkan memiliki modus dari keempat proposisi baik A, E, I maupun O; (4) Bentuk II dianggap sebagai bentuk yang tepat untuk mengemukakan penyangkalan atau negasi karena modus yang dihasilkan dalam kesimpulan selalu dalam proposisi negatif yaitu E dan O; (5) Bentuk III selalu memiliki kesimpulan dengan proposisi khusus.
         Langkah-langkah prosedur penentuan validitas argumen deduktif (silogisme)
1.    Apakah argumen yang dihadapi termasuk argumen deduktif (silogisme)/bukan?
2.    Jika silogisme, apakah sudah dirumuskan dalam bentuk proposisi tradisional (A,E,O,I)? Jika belum rumuskanlah terlebih dahulu
3.    Apakah sudah tersusun menurut urutan premis mayor, premis minor dan kesimpulan? Jika belum urutkanlah terlebih dahulu dengan melihat kata petunjuk yang ada. Kesimpulan ditentukan biasanya dengan kata seperti karena itu, dengan demikian, jadi, maka. Sedangkan premis ditentukan dengan kata seperti karena, sebab, berhubung, dan.
4.    Periksalah apakah jumlah term kurang atau lebih dari tiga. Jika kurang atau lebih maka silogisme tersebut sudah melanggar aturan no.3
5.    Priksalah argumen tersebut dengan aturan/ hukum silogisme.
         Entimema
      Entimema adalah silogisme yang proposisinya tidak lengkap
      Contoh : “tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia biasa”
      Dalam bentuk silogisme standart adalah
      Premis Mayor        : Semua manusia biasa adalah makhluk yang dapat khilaf
      Premis Minor         : Saya adalah manusia biasa
      Kesimpulan           : Saya adalah makhluk yang dapat khilaf

0 komentar:

Posting Komentar